Sunday, November 21, 2010

Lemah Pada Ujian-Nya


Teringat dua minggu lepas saat diri ini ditimpa ujian demi ujian. Ujian demi ujian yg berlaku pada hari yang sama dalam masa kurang dari 6 jam. Ujian yg sungguh, teramat hebat untuk aku terima, dunia seakan gelap ku rasakan... sehingga terasa lemah kakiku untuk berdiri. Aku terduduk dan air mata begitu deras membasahi pipi. "Ya Allah, ujian apakah ini ya Allah... Ya Allah, aku LEMAH ya Allah. Kau Maha Kuasa. Aku lemah ya Allah... aku tidak dapat lari dari ujian Mu, menolaknya juga aku tidak mampu," rintih hatiku. Hari2 yang ku lalui selama 2 minggu itu begitu melemaskan, begitu mendebarkan... aku seolah2 seperti seorang pesalah yang hanya menunggu hukuman-Nya. Rasanya seperti menunggu 'death penalty'... Aku pasrah pada ketentuanNya.

Alhamdulillah, pada hari Rabu yang lalu sempena Hari Raya Aidiladha... akhirnya aku berjaya melalui ujian Allah. Seolah2 suatu beban yang berat diangkat dariku... aku menangis! Tp tangisan kesyukuran kepadaNya. Terngiang2 firman2 Allah yang menjadi penawar duka disaat ujianNya bertamu:


"Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya" (2:286)
"Selamat sejahtera keatas mu kerana kesabaranmu" (13:24)


Kadang2 manusia diuji dengan ujian yang sama... cuma pada masa yang berbeza. Ada manusia yg diuji dengan ujian kewangan, masalah study, masalah dalam perhubungan sesama manusia dan sebagainya. Kadang2 terfikir kenapa Allah mahu menguji kita dengan benda yang sama, berulang2 kali? Apakah tidak cukup ujian yg lepas? Kenapa dengan ujian yg sama? Sehingga kadang2 kita rasa give up bila asyik diuji dengan benda yang sama... 

Allah menguji kita pada titik kelemahan kita. Ya, pada titik kelemahan kita! Allah akan uji kita berkali2 pada titik kelemahan kita sehingga kita berjaya mengatasi titik kelemahan kita! Sampai kita mampu memperbaiki kelemahan kita itu... Ibarat seorang pelajar yg menghadapi peperiksaan. Kalau ada subject dia gagal, maka si Cikgu akan membuat ujian tambahan supaya pelajar tadi lulus. Subject yang sama, cuma soalan2nya sedikit berbeza dari ujian yg sebelumnya. Begitulah analoginya ujian dari Allah... Ujian itu menguatkan lagi hamba-Nya. 


~Berbahagialah kerana anda dipilih oleh Nya~

Berbahagialah anda2 yang diuji... kerana anda adalah org istimewa yg Allah pilih utk menerima ujianNya. Allah akan berikan ujian yang sama kepada kita sampailah kita benar2 dianggap lulus pada pandangan Allah dan layak utk naik ke darjat seterusnya. Bukankah itu bentuk kasih sayang Allah kepada hambaNya? DIA juga ingin menguji sejauh manakah iman kita... mampukah kita mengharungi ujianNya mengikut syariatNya atau sebaliknya? Apakah ujian itu membawa kita semakin dekat kepadaNya? Memohon bantuan daripadaNya yg telah memberikan kita ujian dan percayalah Dialah juga yang akan membantu kita menyelesaikannya. Dari Dia ujian datang dan padaNya ada solution. 

Ingin berkongsi hadis yang selalu menjadi pengubat hati dikala ditimpa musibah/ujian...
Rasulullah saw. bersabda: Allah Taala berfirman: "Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jemaah manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari."

Alhamdulillah, syukur atas nikmat yg selalu Kau beri kepadaku tanpa berhitung. Ujian dariMu menambahkan lagi keimananku bahawa Kau Maha Kuasa dan aku hamba yang lemah, aku tidak mampu untuk menolak atau lari dari ujianMu... tiada kuasa dan daya melainkan dengan pertolonganMu!

Rely on Allah Alone

 "Say to them, "Nothing (good or bad) can befall us except that which Allah has destined for us: Allah is our Guardian and the Believers should put their trust in Him alone." (9:51) 


In this passage a demarcation has been made between the attitudes of a man of the world and of a man of God. Whatever the man of the world does, he does it to please his own self. He exults if he attains some worldly ends but feels utterly dejected if he fails to attain them. Besides, he depends entirely on his material resources for his success and feels encouraged if these are favourable, but loses heart if these are unfavorable. 

In contrast to the man of the world, whatever the man of God does, he does it to please Him and trusts in Him and not in his own powers nor in material resources. Therefore he is neither exultant over his success in the cause of Allah nor loses heart by failure, for he believes that it is the Will of God that is working in both the cases. Therefore he is neither disheartened by disasters nor is filled with conceit by successes. This is because he believes that both prosperity and adversity are from Allah and are nothing but a trial from Him. Therefore his only worry is to do his best to come out successful in His test. Besides, as there are no worldly ends before him, he does not measure his success or failure by the achievement or failure of his ends.On the other hand, the only object before him is to sacrifice his life and wealth in the Way of Allah, and he measures the success or failure of his efforts by the standard he achieves in the performance of this duty. Therefore if he is satisfied that he has done his best to perform this duty, he believes that he has come out successful by the grace of God, though he might not have been able to accomplish anything from the worldly point of view; for he believes that his Allah in Whose cause he has expended his life and wealth will not let go waste the reward of his efforts. As he does not depend on the material resources only, he is neither grieved if they are unfavourable, nor feels exultant when these are favourable. His entire trust is in God Who is the controller of all the resources; therefore he goes on doing his duty even under the most unfavourable circumstances with the same courage and perseverance that is shown by the worldly people in favourable circumstances alone.

That is why Allah asked the Holy Prophet to say to the hypocrites, "There is a basic difference between you and us in regard to the conduct of affairs. We believe that both the good and the bad are from Allah: therefore the apparent result dces not make us happy or sad. Moreover, we depend on Allah in our affairs and you depend on material resources: so we are content and happy in all circumstances."